16.3.13

SEPERTI NEGERI PARA GLADIATOR

Jika dibaca judulnya terdengar aneh, lucu, dan unik memang. Yaahhh…. Apa mau dikata inilah realita yang terjadi saat ini di negeri ini. Dari tawuran sampai bentrok sering terjadi dibeberapa tempat. Entah apa yang ada dipikiran mereka sehingga mereka melakukan tindakan – tindakan bodoh seperti itu. Seperti sudah menjadi budaya.

Bahkan pelakunya pun tidak sedikit adalah orang – orang yang “katanya” berintelek, orang – orang yang “katanya” mengerti hukum, seperti msyarakat, pelajar, “mahasiswa”, dan terkhir bahkan sampai aparat .Apa ketika melakukan itu tidak ada sedikit rasa kasian kepada orang yang merek aniaya??? Atau apa mereka tidak berfikir berapa kerugian yang dihasilkan terhadap tidakan bodoh itu??? Kenapa tidak mengandalkan musyawarah dari pada mengandalkan emosi sesaat?? Apakah nilai – nilai bermusyawarah di negeri ini telah hilang??

Hmmmm…. Cukup ironis….!!!!

Yah tidak heran jika disamakan “SEPERTI NEGERI PARA GLADIATOR”.

Hahaha…. Memalukan !!!

Inilah Negeriku….!!!

Padahal dari pada mempertajam perbedaan kenapa tidak memperdalam persamaan?? Kebebasan itu bukan berarti kita dapat melakukan sesuatu seenak hati kita. Tapi kebebasan itu adalah dimana kita bisa saling merangkul beepegangan tangan satu sama lain, tanpa melihat perbedaan dan dapat melakukan sesuatu hal yang positif untuk membangun negeri ini menjadi lebih baik.


(Karya : Riski Nugroho Putra)

10.3.13

SO CLOSE

Perjalanan seorang anak yang terlahir dengan serba keterbatasan, bahkan diusianya yang bisa dibilang masih belum cukup dewasa dia harus tinggal dengan seorang adik dan neneknya yang tua renta karena ibu dan ayahnya pergi meniggalkannya.

Hmmm….!!!

Entah apa yang dipikirkan orang tua anak itu sehingga mereka meniggalka dia dan adiknya dengan seorang nenek yang tua renta hingga bertahun-tahun lamanya.

Hari demi hari pun mereka jalani dengan kesederhanaan ini. Anak itu selalu menagis dalam hatiya ketika dia melihat neneknya yang selalu bekerja keras untuk mencarikan dia dan adiknya sesuap nasi untuk dimakan.

Oleh karena itu dia berfikir untuk melakukan sesuatu yang bisa merubah kehidupan dia, adik, dan neneknya. Satu, dua, tiga dan beberapa tempat telah dia jejaki untuk mencari pekerjaan apapun yang bisa dia lakukan.

Kemudian dia mencoba pekerjaan menjadi seorang penjual minuman dan pelayan café disekitar rumahnya. Yah.. karena disekitar rumahnya banyak terdapat café – café. “Menyelam sambil minum air” itu yang dia tanamkan dalam hatinya. Karena café tempat dia bekerja setiap hari selalu saja ada penyanyi yang tampil di café itu, jadi dia mempunyai keinginan untuk bisa belajar tetang music dan cara bernyanyi dari penyanyi – penyanyi itu.

Butuh waktu yang lama untuk dia bisa mengusai semua tahnik – tehnik itu. Tanpa terasa diapun akhirnya bisa menguasai itu semua dan kemudia dia mencoba bernyanyi di tempat kerjanya itu, sampai – sampai dia tidak lagi menjadi pelayan karena telah di kontrak oleh manager café sebagai penyanyi tetap ditempat itu.

Tanpa terasa sudah beberapa lama dia menjadi penyanyi tetap di café itu, Kemudian keinginan barunya pun muncul yaitu ingin merasakan bernyanyi di panggung besar. Dan tempatnya itu berjarak sekitar 1 KM dari rumahnya. Dia selalu berprinsip “Susah sih, tapi bukan berarti tidak bisa diatasi. Selama saya tidak mengatakan saya tidak bisa, pasti saya akan bisa mencapainya”.

Dengan perjuangan yang berat dan melahkan akhirnya dia bisa mencicipi benyanyi di panggung besar itu dan menjadi seorang penyanyi terkenal. Dan bisa merubah kehidupan keluarganya menjadi lebih dari cukup.

Bahwa sebenarnya tidak ada jarak yang jauh untuk meraih mimpi dan cita-cita kita, bahkan jaraknya BEGITU DEKAT di depan mata kita. Tinggal seberapa keras kah kita untuk meraihnya.

(Karya : Riski Nugroho Putra)